Provinsi Jawa Timur memiliki rumpun ayam lokal unggul penghasil daging, yaitu ayam Gaok. Ayam ini merupakan salah satu kekayaan sumber daya genetik hewan (SDGH) Jawa Timur yang harus terus dilestarikan dan dimanfaatkan. Ayam Gaok telah dibudidayakan secara turun-temurun oleh masyarakat di Desa Gapurana, Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep, Madura. Ayam ini menjadi sumber daya genetik kebanggaan Indonesia.
Ayam Gaok berasal dari keturunan ayam hutan merah (Gallus gallus domesticus) yang kawin dengan ayam asli dari Pulau Puteran (pulau yang secara geografis paling dekat dengan daratan Pulau Madura dibandingkan dengan pulau-pulau lain dalam wilayah Kabupaten Sumenep).
Ayam gaok memiliki keseragaman fisik serta perilaku yang berbeda dengan ayam dari rumpun lainnya. Bulu ayam gaok jantan mempunyai warna seragam dengan warna dasar atau dominan hitam kehijauan. Pada bagian leher, si jantan rumpun ayam ini mempunyai bulu berwarna putih, silver kekuningan, hingga kuning kehijauan atau wido. Lalu di bagian bulu ekornya memiliki warna bulu kombinasi antara hitam dengan kuning kehijauan, silver kekuningan, dan putih. Sedangkan untuk ayam gaok betina memiliki bulu lurik, atau blorok dengan leher yang umumnya berwaran blorok hitam putih. Paruh ayam ini berwarna kuning. Untuk kakinya memiliki warna kuning atau putih. Pada bagian kulit tubuh si ayam gaok warnanya putih lebih gelap dari ayam ras. Jengger serta pial si ayam gaok jantan besar dan memiliki warna merah. Untuk si betina, jengger dan pialnya berukuran lebih kecil.
Ayam gaok jantan juga memiliki keunikan dari segi suara berkokoknya. Karena hal ini pula, ayam gaok tidak hanya dapat dipelihara sebagai ayam sumber pangan yang dimanfaatkan daging serta telurnya, ayam gaok juga bisa dijadikan sebagai ayam hias. Sesuai dengan SK Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur No. 188.4/4865/122.2/2022 tentang spesifikasi teknis ayam gaok bahwa Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot badan minimal 1,5 kg dan ayam gaok betina dewasa memiliki bobot badan minimal 1 kg. Populasi ayam gaok saat ini terbatas sehingga perlu dilakukan upaya pelestarian ayam Gaok.
Tugas pokok dan fungsi UPT PT dan HMT Magetan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur No 53 Tahun 2018 yaitu melaksanakan pembibtan SDGH ayam gaok di Provinsi Jawa Timur. Sebagai langkah awal yag telah dilakukan yaitu menetapkan SK spesifikasi ayam gaok. Salah satu spesifikasi yang ditetapkan yaitu warna kaki. Pada tahap awal ini UPT telah melakukan seleksi terhadap ayam gaok yang memiliki warna kaki kuning atau putih, sedangkan ayam gaok yang memiliki warna kaki hitam diafkir.
Proses pembibtan dan budidaya ayam gaok yang dilakukan di UPT PT dan HMT Magetan yaitu meliputi :
- Penanganan mesin tetas dan telur tetas
- pemelharaan DOC
- pemeliharaan ayam pembesaran
- seleksi bibit
- pemeliharaan ayam indukan
- pasca panen
a. Penanganan mesin tetas dan telur tetas
Penanganan mesin tetas
Mesin tetas yang akan digunakan dalam proses penetasan telur ayam gaok sebelum digunakan dibersihkan terlebih dahulu. Langkah pertama yang dilakukan yaitu membersihkan kotoran yang ada di dalam mesin tetas menggunakan lap kering. Setelah itu, dilakukan pembersihan menggunakan lap basah yang telah diberi air sabun dan terakhir disemprot menggunakan desinfektan. Mesin tetas yang akan digunakan disetting suhu dan kelembabannya yaitu suhu berkisar antara 37 – 37,5ºC dan kelembaban berkisar antara 55 – 56%
Telur tetas
Indukan ayam gaok yang sudah berproduksi atau menghasilkan telur tetas harus segera dikumpulkan. Pada saat mulai produksi, pengambilan telur dilakukan pada siang hari sekitar pukul 14.00 WIB.
Syarat – syarat telur tetas yang baik
a. Bobot telur. Telur tetas ayam gaok bobot telur nya berkisar 39 – 40 gram per butir
b. Bentuk telur. Telur ayam gaok berbentuk oval
c. Keutuhan kulit telur. Kulit telur harus utuh dan tidak dalam keadaan retak atau pecah. Telur yang memiliki kulit telur yang retak / pecah diafkir
d. Kulit telur harus bersih. Kotoran yang menempel pada telur harus dibersihkan sebelum ditetaskan. Telur dibersihkan dengan air untuk membersihkan kotoran yang menempel pada kulit telur lalu dikeringkan dengan lap bersih
e. Lama penyimpanan. Telur tetas yang akan ditetaskan, dikumpulkan dari kandang dan disimpan selama 7 (tujuh) hari di tempat penyimpanan telur tetas.
Telur tetas dimasukkan ke dalam mesin setter selama 18 (delapan belas) hari, pada hari ke 19 (sembilan belas) telur dipindah ke mesin hatcher hingga menetas pada hari ke 21 (dua puluh satu)
Pada hari ke 7 (tujuh) dilakukan candling telur pertama untuk melihat bibit yang sudah berkembang dan dilakukan afkir pada telur yang bibitnya tidak berkembang serta pada hari ke 14 (empat belas) juga dilakukan hal yang sama.
b. Pemeliharaan DOC (fase starter)
Pada hari ke 21 (dua puluh satu) tiba saatnya untuk panen DOC ayam gaok. DOC segera dikeluarkan dari mesin tetas setelah bulunya mengering. Pada saat proses pengeluaran doc dari mesin tetas, langsung dilakukan proses sortasi yaitu memisahkan antara doc yang sehat dengan telur yang gagal menetas. DOC yang menetas lemudian dihitung dan dimasukkan ke dalam kandang box yang telah disiapkan suhu dan kelembabannya serta pakan dan minumnya. Kandang box yang digunakan berupa kandang terbuat dari kayu / besi dengan ukuran 1,5 m x 2 m, ketinggian sekitar 30 cm dan bisa menampung 100 – 150 ekor doc serta dilengkapi dengan pemanas lampu 120 watt – 150 watt dan terdapat alas dalam kandang box. Kandang box dibuat tinggi sekitar 30 cm agar mudah dalam membersihkan kotoran ayam.
Pada umur 2 (dua) hari dilakukan vaksin ND IB (vaksin lewat tetes mata) untuk pencegahan penyakit ND. Pakan yang diberikan yaitu pakan konsentrat fase starter selama 1 – 2 bulan. Pemberian vitamin dilakukan secara kontinu yaitu 3 (tiga) kali dalam seminggu. Pada umur 1 (seminggu) dilakukan vaksin gumboro A (tetes mulut), umur 2 minggu vaksin gumboro B (tetes mulut), umur 3 minggu dilakukan vaksin gumboro A (tetes mulut), umur 1 bulan dilakukan vaksin ND Lasota (lewat air minum).
c. Pemeliharaan ayam pembesaran (fase grower)
Ayam yang sudah berumur 2 – 3 bulan telah masuk fase ayam pembesaran (grower). Pada umur ini ayam siap untuk pindah kandang. Sebelum pindah kandang, kandang harus disiapkan. Kandang yang dipakai untuk ayam fase grower yaitu kandang postal. Sebelum kandang digunakan, kandang diberi litter berupa sekam dan telah disemprot desinfektan. Persiapan kandang yang lain yaitu menyiapkan tempat pakan dan tempat minum. Kandang postal yang digunakan berukuran 1,5 m x 2 m.
Pada fase ini, ayam sudah mulai adaptasi pakan dari pakan jadi ke pakan campuran (mixing) (bekatul, jagung, konsentrat ayam fase starter, vitamin dan mineral). Pakan diberikan 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari. Selain itu, juga disiapkan tempat bertengger karena ayam mempunyai kebiasaan alami untuk bertengger. Ayam juga mempunyai kebiasaan mematuk sehingga untuk mengantisipasi perilaku tersebut maka dalam kandang postal dapat diberikan indigofera dan daun pepaya. Ini bertujuan agar mencegah sifat kanibal pada ayam.
d. Seleksi bibit
Pada umur 2 – 3 bulan, ayam gaok yang pindah dari kandang box ke kandang pembesaran, dilakukan seleksi terhadap ayam yang mempunyai warna kaki kuning / putih dan ayam yang mempunyai warna kaki hitam. Ayam yang mempunyai warna kaki kuning / putih diberi vaksin AI dan dimasukkan ke dalam kandang pembesaran sebagai calon indukan. Sedangkan ayam yang mempunyai warna kaki hitam, diafkir dan ditempatkan pada kandang pembesaran sebagai ayam afkir. Ayam yang diafkir ini selanjutnya akan dijual.
Selain itu, indukan yang akan digunakan baik sebagai calon pejantan dan calon induk harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
- calon pejantan
- berumur 7-8 bulan
- memiliki bobot yang proporsional
- warna bulu seragam dengan warna dasar hitam kehijauan, bulu leher putih sampai silver kekuningan atau kuning kehijauan (wido) dan ekor hitam
- Paruh berwarna kuning
- Kaki berwarna kuning dan putih
- Jengger berwarna merah
- Pial berwarna merah
- Calon indukan
- berumur 5-6 bulan
- memiliki bobot yang proporsional
- warna bulu Warna bulu betina bervariasi (lurik, blorok 70%) dengan leher lurik hitam putih
- Paruh berwarna kuning
- Kaki berwarna kuning dan putih
- Jengger berwarna merah
- Pial berwarna merah
e. Pemeliharaan ayam indukan (fase layer)
Pada fase ini, ayam gaok ditempatkan pada kandang indukan dengan komposisi 1 : 6. Calon pejantan berumur 7 – 8 bulan dan calon indukan berumur 5 – 6 bulan. Kandang indukan ini diberi label nama kandang, jumlah jantan dan betina serta vaksin terakhir yang sudah diberikan. Kandang yang dipakai untuk ayam fase indukan yaitu kandang postal. Sebelum kandang digunakan, kandang diberi litter berupa sekam dan telah disemprot desinfektan. Persiapan kandang yang lain yaitu menyiapkan tempat pakan dan tempat minum. Kandang postal yang digunakan berukuran 1,2 m x 1 m. Pada fase ini pakan yang digunakan yaitu pakan campuran (bekatul, jagung, konsentrat pakan ayam fase layer, vitamin dan mineral) dan diberikan 2 kali dalam sehari. Selain itu, juga disiapkan tempat bertengger karena ayam mempunyai kebiasaan alami untuk bertengger. Ayam juga mempunyai kebiasaan mematuk sehingga untuk mengantisipasi perilaku tersebut maka dalam kandang postal dapat diberikan indigofera dan daun pepaya. Ini bertujuan agar mencegah sifat kanibal pada ayam.
Selain itu pada fase ini juga dicatat produksi telur tetas harian dimana produksinya diambil pada waktu siang hari sekitar pukul 14.00 WIB.
f. Pasca panen
UPT PT dan HMT Magetan melayani penjualan ayam afkir, doc dan pullet. Untuk penjualan produk ayam gaok dapat menghubungi Drh. Tiwuk Wulansari (Kepala Seksi Pelayanan) di No HP 082180111152
ADHI WARDHANA MULYA, S.Pt
NIP. 19831123 202221 1 001
Pengawas Bibit Ternak Ahli Pertama
UPT PT dan HMT Magetan Dinas Peternakan Prov Jatim
Sumber: Disnak Jatim