Jumat (17/01/2020) Kepala BBVet Wates, drh. Bagoes Poermadjaja,M.Sc menerima kunjungan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, drh. Wemmi Niamawati, MMA bersama beberapa pejabat struktural dan UPT Laboratorium Kesehatan Hewan Tuban dan Malang. Kunjungan tersebut dalam rangka koordinasi program penjaminan kesehatan hewan dan program penjaminan keamanan produk hewan. Dalam pertemuan ini dipaparkan tiga pokok pembahasan yaitu koordinasi hasil pelayanan aktif kesehatan hewan dan produk hewan oleh BBVet di Jawa Timur, koordinasi hasil pelayanan gangguan reproduksi di Jawa Timur oleh BBVet, rencana pembebasan kompartemen Brucellosis di Jawa Timur.
Pada pokok pembahasan pertama mengenai pelayanan aktif kesehatan hewan di Jawa Timur dilaporkan masih banyak kasus Brucellosis yang digambarkan dengan banyaknya sampel positif pada pengujian RBT dan CFT. Untuk Pelayanan Aktif Produk Hewan oleh BBVET Wates Tahun 2019 hasil uji yang tinggi adalah pada pengujian E.coli mutu produk (Daging, produk olahan) dengan jumlah < BMCM sebanyak 64 sampel dan > BMCM 43 sampel, Juga uji Enterobacter Count tertinggi pada sampel < BMCM 108 sampel dan > BMCM 9 sampel. Untuk hasil pengujian yang lain hasilnya baik seperti uji residu antibiotic, residu pestisida (organofosfat), residu pestisida (organoklorin), Salmonella sp, Staphylococcus aureus, Residu hormone negatif. Sedangkan untuk uji TPC pada Daging, susu dan produk olahan hasilnya baik karena < BMCM.
Pokok pembahasan kedua mengenai kompartemen pembebasan Brucellosis di jawa Timur dapat dilaksanakan perwilayah. Dengan syarat wilayah tersebut mempunyai batas jelas dan lalu lintas ternak terpantau dan tercatat. Untuk proses pembebasan brucellosis dapat diaksanakan jika wilayah tersebut sudah melakukan vaksinasi terakhir 3 tahun dan prevalensi penyakit < 0,2 %. Jika prevalensi penyakit > 2 % maka prosedur yang dapat dilkukan adalah program vaksinasi dan pemantauan sebaran penyakit.
Pokok pembahasan ketiga mengenai pelayanan gangguan reproduksi di Jawa Timur. Penyakit reproduksi yang tertinggi di Jawa Timur adalah Sillent Head. Hal ini diperkirakan karena perternak kurang sigap menangkap sinyal birahi atau memang karena individu sapi. Untuk kasus Endometritis dilaporkan sebanyak 13 %. Hal ini dimungkinkan karena proses IB yang tidak legeartis dan steril, sehingga prevalensi kasus ini cukup tinggi.
Sumber: DISNAK JATIM