LATAR BELAKANG
Tugas dan fungsi UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak adalah melaksanakan sebagian tugas Dinas dibidang teknis pembibitan, pemuliabiakan, budidaya ternak, hijauan makanan ternak, ketatausahaan dan pelayanan masyarakat. UPT PT dan HMT Tuban untuk menunjang tugas dan fungsi yang diemban, menerapkan Inovasi TIGA PIPO “Tingkatkan Genetik Sapi Peranakan Ongole”. Inovasi ini menjadi solusi terhadap penurunan populasi Sapi Peranakan Ongole di Jawa Timur dengan menghasilkan bibit yang memiliki kualitas sesuai standar teknis sehingga terjadi peningkatan produktivitas yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan populasi untuk ketersediaan protein hewani (daging) sebagai upaya pencapaian ketahanan pangan.
KEUNIKAN/KEBARUAN
- Meningkatkan produktivitas Sapi Peranakan Ongole (PO) dengan menerapkan kaedah Good Breeding Practice.
- Meningkatkan performa sapi Peranakan Ongole dengan perbaikan mutu genetik (Produksi dan Reproduksi)
- Meningkatkan populasi dan melestarikan Sapi Peranakan Ongole sebagai Sapi Potong Lokal Jawa Timur.
- Menjamin kualitas mutu bibit sapi Peranakan Ongole.
- Sapi Bibit Peranakan Ongole berlegalitas memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.
- UPT PTdan HMT Tuban merupakan UPTD satu – satunya di Indonesia yang mempunyai sertifikat Ls-Pro dari Kementrian Pertanian
IMPLEMENTASI DAN EFEKTIVITAS
TIGA PIPO dimulai dari kelompok pembibitan Sapi Peranakan Ongole di Kabupaten/Kota yang berkewajiban untuk melakukan recording, seleksi dan perkawinan yang terkontrol untuk mendapatkan bibit unggul. Hasil seleksi bibit ternak terbaik dilanjutkan dengan Uji Performans di UPT PT dan HMT Tuban sebagai Stasiun Uji Performans (SUP). Bibit pejantan terbaik (Kelas I) yang dihasilkan melalui uji performans di UPT PT dan HMT Tuban, akan dipergunakan sebagai pejantan penghasil sperma pada proses produksi semen beku di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari untuk perbaikan mutu genetik di masyarakat melalui teknologi Inseminasi Buatan (IB). Sedangkan bibit betina Kelas I (excellent) akan digunakan sebagai replacement induk di UPT PT dan HMT Tuban dan dikembalikan ke kelompok ternak binaan. Bibit jantan dan betina yang tidak lolos seleksi akan dipelihara sebagai ternak potong (fattening).
DAMPAK SEBELUM DAN SESUDAH
Dampak sebelum adanya pelaksanaan inovasi TIGA PIPO adalah sapi Peranakan Ongole (PO) yang beredar di masyarakat belum sesuai dengan standar teknis SNI Nomor 7651.5 tentang Pembibitan Sapi Potong, Bagian 5 Sapi Peranakan Ongole (dibuktikan dengan kepemilikan SKLB/Sertifikat LSPro) sehingga belum terjamin kualitasnya.
Dampak dari pelaksanaan sistem pembibitan TIGA PIPO adalah :
- Meningkatkan produktivitas sapi Peranakan Ongole (PO)
- Meningkatkan nilai tambah sapi Peranakan Ongole (PO)
- Meningkatkan populasi sapi Peranakan Ongole (PO)
- Meningkatkan kesejahteraan peternak
KEBERLANJUTAN
Sistem pembibitan dengan TIGA PIPO dapat diterapkan secara keberlanjutan ditinjau dari :
- Aspek ekonomi dengan meningkatkan nilai tambah sapi Peranakan Ongole (PO)
- Aspek sosial dengan meningkatkan kesejahteraan peternak dan meningkatkan ketahanan pangan
- Aspek budaya yaitu sapi PO kembali menjadi idola peternak
- Aspek lingkungan dengan meningkatnya mutu genetik sapi PO dan meningkatnya populasi sapi PO.
POTENSI REPLIKA
TIGA PIPO dapat direplikasi dan diterapkan secara berkelanjutan pada Instansi Teknis Peternakan (UPTD) Pusat/Prov/Kab/Kota, Peternak Rakyat/Kelompok ternak dengan konsep Village Breeding Center (VBC) dan Breeder swasta, sebagai contoh telah diterapkan di Kota Probolinggo dan Kabupaten Bojonegoro.
“Sapi Peranakan Ongole (PO) menjadi kontributor daging di negeri sendiri dan mampu bersaing dengan sapi impor”
Mohon dukungan LIKE untuk Inovasi TIGA PIPO yang akan maju pada penilaian Kovablik TOP 45 Tahun 2020 di link http://youtu.be/SEWVhqaQ4y4
Sumber: DISNAK JATIM