Menurutnya, dari hasil sementara pendataan sapi dan kerbau yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menunjukkan kalau jumlah sapi mencapai 4,2 juta ekor per tahun. Sedangkan kebutuhan sapi potong sebesar 460 ribu ekor per tahun. "Melihat data itu, berarti kebutuhan Jatim mencukupi," tambahnya.
Dalam pembicaraan itu, tim dari Australia juga menyampaikan, kalau keputusan penghentian impor sapi itu merupakan kebijakan pemerintahan federal atau pemerintah pusat. Sedangkan pemerintah negara bagian seperti Australia Barat juga merasa dirugikan dengan adanya kebijakan penghentian impor sapi.
Di samping itu, mereka juga melirik untuk berinvestasi dibidang sapi perah di Jatim. "Untuk pengembangan sapi perah, kami mengarahkan pada mereka agar berinvestasi di Kabupaten Banyuwangi. Meskipun juga ada daerah lainnya, Seperti Magetan dan Trenggalek. namun, mereka juga masih akan mengkaji dulu, " jelasnya.
Dalam kesempatan itu, tim dari Australia ini juga melakukan berbagai kunjungan di Jatim. Di antaranya pabrik pangan ternak di Kabupaten Mojokerto, peternakan di Kabupaten Pasuruan, dan rumah potong hewan di Kota Surabaya.
"Saat melihat kondisi RPH di Abbatoir Surya Jaya di Tandes. Surabaya mereka juga mengungkapkan kalau kondisinya memang masih layak. Kendati mereka juga mengajak untuk melihat kondisi RPH yang ada di Australia," katanya. Dalam kesempatan itu, Soeparwoko juga menegaskan pada mereka, kalau Jatim tidak akan menerima impor sapi. "Kalau pun masuk Jatim, maka sapi-sapi itu tidak boleh dipotong dan dujual diJatim, “tandasnya.
Sumber: DISNAK JATIM