Secara langsung, perubahan musim jelas akan berpengaruh terhadap kesehatan ternak. Untuk ternak hasil persilangan biasanya lebih terpengaruh terhadap perubahan tersebut seperti ayam pedaging, ayam petelur, bahkan ternak besar seperti sapi pun dapat terpengaruh. Namun yang perlu dicermati oleh pelaku usaha peternakan adalah pengaruh tidak langsung. Musim kemarau yang panjang akan menurunkan tanaman untuk memproduksi daun ataupun hijauan. Demikian pula pada bidang pertanian, bila terjadi puso atau tidak tanam maka bukan hanya produksi pertanian yang akan berkurang namun hasil samping pertanian berupa jerami atau limbah pertanian lainnya juga akan berkurang.

Dengan menurunnya hasil samping pertanian ataupun produksi hijauan pakan ternak, peternak harus bersiap untuk mencari alternatif bahan pakan yang akan diberikan pada ternaknya selama musim kemarau. Karena bila tidak disikapi dengan bijak, peternak akan  mengalami kesulitan memberi makan ternaknya. Akhirnya pilihan terakhir adalah peternak harus mengeluarkan rupiah untuk membeli pakan untuk ternaknya ataukah peternakan membiarkan ternaknya mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

Pada awal Agustus ini, meskipun di wilayah Jawa Timur sudah terlihat petani yang mulai mengeluh masalah irigasi untuk sawahnya, namun tidak sedikit pula tanaman yang siap panen.  Media Bhirawa menyebutkan bahwa seluas 9.278 hektar sawah di Jatim rawan kekeringan. Mengingat hal diatas, maka momen panen saat ini adalah saat yang tepat bagi peternak ruminansia untuk memenuhi lumbung pakan ternaknya.  Dengan semakin majunya tehnologi seperti fermentasi, amoniasi dan pengawetan pakan lainnya diharapkan dapat diaplikasikan oleh peternak. (dw)