Sebagian besar masyarakat memelihara ayam kampung atau yang biasa disebut Ayam Buras (Bukan Ras) ini dengan cara diumbar. Ayam dibiarkan berkeliaran untuk mencari makan sendiri dan apabila ada sisa makanan, pemilik akan memberikannya pada ayam. Memang cara tersebut tidaklah merugikan, namun cara ini dinilai kurang ekonomis, apalagi bila tujuan pemeliharaannya adalah untuk mencari keuntungan. Dengan cara diumbar, ayam kampung yang dipelihara tersebut dapat menghasilkan sekitar 8 – 15 anak per periode telur. Namun tidak banyak dari jumlah anak ayam tersebut yang menjadi ayam dewasa. Banyak hal yang menyebabkan kematian anak ayam.
Saat ini bukan hanya daging ayam potong, namun permintaan terhadap daging ayam kampung saat ini sangat tinggi. Bisnis usaha ayam kampung masih terbuka lebar. Hal ini dikarenakan stok atau pasokan dibanding permintaan tidak seimbang. Harga ayam buras tersebut juga relatif stabil dibandingkan jenis unggas lainnya, yaitu apabia dikonversikan maka harga karkas mencapai Rp.50 ribu per kg. Dengan permintaan yang luar biasa maka, peluang untuk menjadi penyedia ayam kampung cukup menjanjikan. Dan tidak diragukan lagi potensi bisnis nya begitu tinggi.
Keuntungan memelihara ayam kampung akan terlihat apabila pemeliharaan ternak tersebut dilakukan secara intensif. Permintaan daging ayam kampung yang cukup besar memberikan peluang bisnis yang menggiurkan untuk budidaya ayam kampung secara intensif. Saat ini, dengan waktu 60 hari atau kurang, peternak sudah bisa merasakan hasil dari bisnis ini. Pasalnya sudah terdapat berbagai ayam buras hasil persilangan yang dapat mencapai bobot 1 kg dalam waktu sekitar dua bulan apabila dipelihara secara intensif.
Yang dimaksud pemeliharaan intensif diatas adalah manajemen perawatan, yaitu mulai dari pemberian pakan, pencegahan penyakit serta kontrol harian lainnya. Sumber pakan ayam kampung mudah diperoleh dan berbeda dengan ayam pedaging yang tergantung pada pakan pabrikan, bahkan bisa meramu sendir dengan memanfaatkan sumberdaya lokal tetapi dalam pemberiannya harus memperhatikan kualitas dan kuantitasnya. Selain itu kontrol terhadap penyakit juga perlu dilakukan meski ayam buras lebih tahan penyakit dibadingkan dengan ayam pedaging. Hal ini untuk mengurangi kerugian akibat serangan penyakit menular pada ayam.
Selain teknis budidaya yang harus dikuasai, informasi pasar juga perlu diperhatikan. Faktor tawar peternak akan lebih kuat apabila terkumpul dalam suatu kelompok peternak. Keberadaan kelompok akan menjadi penting apabila terjadi arus informasi antar anggota. Belajar bekerjasama dan saling tukar informasi adalah hal yang sangat diharapkan sehingga dapat memupuk kemandirian dalam berusaha.
Di Jawa Timur, usaha peternakan ayam buras semakin banyak diusahakan. Segitiga emas yang terdiri dari Kabupaten Kediri, Blitar dan Tulungagung adalah sebutan banyak orang sebagai wilayah ayam buras. Terdapat beberapa usaha mulai dari pembibitan, penetasan sampai dengan pemeliharaan ayam. Jenis ayam yang diusahakan juga bukan hanya ayam buras pedaging, namun juga ayam buras petelur.
Jadi, apakah Anda dapat melihat adanya peluang .?
(dw)
Sumber: DISNAK JATIM