Jawa Timur sebagai lumbung ternak khususnya sapi tentunya tidak terlepas dari masalah penyakit hewan. Berikut adalah gambaran situasi penyakit hewan ruminansia (sapi, domba, kambing) yang ada di Provinsi Jawa Timur, kami menyajikan 7 penyakit dengan tingkat kejadian paling sering pada bulan Oktober 2019, data yang kami peroleh berdasarkan iSIKHNAS dan terlapor secara real-time. 7 penyakit tersebut diantaranya adalah Bovine Ephermal Fever (BEF), Scabies, Cacingan, Enteritis, Retensio Secundinarum, Distokia dan Artritis.
Penyakit Bovine Ephermal Fever
Bovine Ephemeral Fever (BEF) adalah suatu penyakit viral pada sapi yang ditularkan oleh serangga (arthropod borne viral disease), bersifat benign nonvcontagius, yang ditandai dengan demam mendadak dan kaku pada persendian. Penyakit dapat sembuh kembali beberapa hari kemudian. Gejala awal yang muncul adalah demam tinggi secara mendadak (40,5 – 41°C), nafsu makan hilang, peningkatan pernafasan dan kesulitan bernafas (dyspneu), diikuti dengan keluarnya leleran hidung dan mata (lakrimasi) yang bersifat serous. Jalan kaku dan pincang karena rasa sakit yang sangat, kemudian dapat terjadi kelumpuhan dan kesakitan pada kaki, otot gemetar serta lemah. Kekakuan mulai dari satu kaki ke kaki yang lain, sehingga hewan tidak dapat berdiri selama 3 hari atau lebih. Leher dan punggung mengalami pembengkakan.
Kabupaten/Kota |
Bovine Ephemeral Fever |
Bangkalan |
16 |
Banyuwangi |
32 |
Batu |
1 |
Blitar |
3 |
Bondowoso |
4 |
Kediri |
12 |
Kota Probolinggo |
4 |
Lamongan |
150 |
Lumajang |
64 |
Malang |
2 |
Mojokerto |
3 |
Nganjuk |
25 |
Ngawi |
3 |
Pacitan |
1 |
Ponorogo |
45 |
Probolinggo |
1 |
Sampang |
20 |
Sidoarjo |
3 |
Trenggalek |
75 |
Tuban |
207 |
Penyakit Scabies
Scabies atau kudis adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi tungau Sarcoptes scabiei dan bersifat zoonosis. Penularan scabies terutama terjadi secara kontak, baik antar hewan piaraan, maupun antara hewan piaraan dan hewan liar yang menderita scabies. Penyakit scabies pada suatu peternakan umumnya terjadi akibat masuknya hewan penderita sub-klinis (belum terlihat gejalanya) ke peternakan tersebut, atau hewan penderita dalam stadium awal penyakit. Pada awal infestasi, kulit mengalami erithema, kemudian akan berlanjut dengan terbentuknya papula, vesikula dan akhimya terjadi peradangan yang diikuti oleh pembentukan eksudat karena adanya iritasi. Hewan penderita tampak gelisah karena rasa gatal, menggaruk atau menggesek tubuhnya sehingga terjadi luka dan perdarahan. Eksudat mengendap pada permukaan kulit dan terbentuk keropeng atau kerak.
Kabupaten/Kota |
Scabies |
Bangkalan |
1 |
Banyuwangi |
51 |
Batu |
8 |
Bondowoso |
10 |
Gresik |
8 |
Lamongan |
78 |
Lumajang |
65 |
Malang |
1 |
Ponorogo |
3 |
Sampang |
35 |
Sidoarjo |
3 |
Trenggalek |
8 |
Tuban |
37 |
Penyakit Cacingan
Cacingan adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh infeksi cacing baik itu trematode, nematoda atau cestoda. Cacingan menimbulkan ekonomi yang signifikan akibat adanya gangguan pertumbuhan, penurunan berat badan dan kematian. Tingkat kerugian ekonomi ditentukan oleh berat ringannya tingkat infestasi parasit, kondisi tubuh penderita dan lingkungan. Gejala klinis yang umum terjadi pada anak sapi atau anak kerbau adalah diare, dehidrasi, bulu berdiri dan nampak kusam, nafas berbau asam butirat, nafsu makan menurun, lesu, pertumbuhan pedet terhambat, dan infestasi dalam jangka lama dapat menyebabkan anemia. Selain itu dilaporkan pula adanya gejala demam dan batuk, dan jika infestasi semakin parah akan mengakibatkan paralysis, kongjungtivitis, dan opisthotonus. Anak sapi yang tetap hidup akan mengalami gangguan pertumbuhan secara permanen.
Kabupaten/Kota |
Cacingan |
Banyuwangi |
24 |
Batu |
25 |
Bondowoso |
5 |
Lamongan |
181 |
Lumajang |
7 |
Nganjuk |
5 |
Ponorogo |
4 |
Sampang |
6 |
Sidoarjo |
16 |
Trenggalek |
6 |
Tuban |
7 |
Penyakit Enteritis
Enteritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan terjadinya peradangan pada mukosa usus yang menimbulkan gangguan fungsi usus dimana peristaltik dan sekresi usus meningkat. Namun, fungsi dan absorpsi usus berkurang sehingga menimbulkan gejala klinis berupa diare. Enteritis biasanya dapat juga terjadi bersamaan dengan gastritis, sehingga disebut dengan gastroenteritis. Gejala klinis yang umum ditemukan pada enteritis adalah sakit pada abdomen, diare, dan kadang-kadang dapat menyebabkan disentri. Diare akibat dari enteritis dapat bersifat kataralis ataupun berdarah dan tergantung dari agen yang menginfeksi. Enteritis yang terjadi dapat berlangsung akut atau kronis. Enteritis akut dapat berlangsung dalam 24 jam, sedangkan enteritis kronis dapat berlangsung selama beberapa bulan. Pada enteritis akut ditandai dengan gejala sakit pada abdomen, anoreksia, diare bentuk charlatanistic dengan kosistensi feses lembek atau cair dan menghasilkan bau yang tidak enak.
Kabupaten/Kota |
Enteritis |
Banyuwangi |
17 |
Bondowoso |
12 |
Gresik |
1 |
Kediri |
1 |
Kota Probolinggo |
1 |
Lamongan |
21 |
Mojokerto |
1 |
Nganjuk |
6 |
Ngawi |
3 |
Pacitan |
2 |
Ponorogo |
10 |
Probolinggo |
2 |
Sampang |
14 |
Trenggalek |
6 |
Tuban |
39 |
Penyakit Retensio Secundinarum
Retensi plasenta adalah suatu kondisi kegagalan pemisahan selaput fetus dari maternal karunkula sehingga selaput fetus tertahan dalam kandungan setelah fetus lahir, baik pada kelahiran normal maupun abnormal. Pada partus yang berjalan normal, secara fisiologis selaput fetus akan keluar dalam waktu 1-12 jam. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal seperti uterus paresis, aborsi, stres, terlambat melahirkan atau prematur, distoksia, kembar, status hormonal yang tidak seimbang, infeksi, faktor genetik, defisiensi vitamin dan mineral.
Kabupaten/Kota |
Retensio Secundinarum |
Banyuwangi |
15 |
Bondowoso |
1 |
Lamongan |
19 |
Lumajang |
19 |
Malang |
1 |
Mojokerto |
1 |
Nganjuk |
5 |
Pacitan |
1 |
Ponorogo |
8 |
Probolinggo |
1 |
Sampang |
13 |
Trenggalek |
3 |
Tuban |
28 |
Penyakit Distokia
Definisi dari distokia yaitu suatu keadaan dimana hewan mengalami kesulitan beranak/partus sehingga memerlukan pertolongan tenaga ahli. Distokia merupakan salah satu kondisi kebidanan yang harus ditangani oleh dokter hewan. Gejala klinis pada kasus distokia adalah besarnya ukuran fetus sehingga tersumbat di servik/vagina atau posisi fetus yang salah. Proses kelahiran melebihi waktu 8 jam dari saat pertama kali seekor induk merejan untuk melahirkan. Distokia dibagi menjadi 2 jenis yaitu distokia maternal dan distokia fetal. Distokia maternal terjadi karena faktor saluran kelahiran dan organ pendukung kelahiran (uterus dan abdomen). Faktor saluran kelahiran terbagi menjadi ketidakmampuan dilatasi (uterus, serviks, vagina dan vulva) dan ukuran pelvis yang tidak memadai. Distokia fetal dapat terjadi karena faktor ukuran fetus yang terlalu besar (fetal oversize, fetal monster) dan faktor kesalahan posisi fetus (maldisposisi fetal) seperti malpresentasi, malposisi atau malposture fetal.
Kabupaten/Kota |
Distokia |
Banyuwangi |
15 |
Batu |
1 |
Blitar |
2 |
Lamongan |
17 |
Lumajang |
19 |
Malang |
1 |
Nganjuk |
4 |
Sampang |
14 |
Trenggalek |
7 |
Tuban |
31 |
Penyakit Artritis
Artritis adalah terjadinya gangguan atau peradangan pada persendian dan kartilago. Artritis dapat terjadi akibat infeksi maupun tanpa infeksi. Pelepasan mediator inflamasi dari leukosit, kondrosit, sinoviosit menyebabkan kehilangan proteoglikan dan matriks ektraselular kartilago, sehingga terjadi kerusakan tulang. Kerusakan dan hilangnya kolagen dan kondrosit dapat menyebabkan perubahan yang ireversibel. Artritis dapat terjadi pada beberapa tempat persendian (lebih dari tiga persendian) secara bersamaan disebut dengan poliartritis. Faktor-faktor penyebab terjadinya artritis yaitu Trauma pada persendian, bentuk lutut yang besar dengan struktur anatomis yang rumit dimana pergerakan persendian akan mempermudah terjadinya perlukaan akibat jatuh/terpeleset di kandang, infeksi hematogen yang diawali oleh sinovitis dan diikuti oleh perubahan pada persendian kartilago dan kadang – kadang pada tulang. Selain itu, penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis juga dapat menyebabkan terjadinya arthritis.
Kabupaten/Kota |
Artritis |
Banyuwangi |
4 |
Batu |
2 |
Gresik |
1 |
Lamongan |
42 |
Lumajang |
7 |
Ponorogo |
1 |
Sampang |
4 |
Trenggalek |
7 |
Tuban |
34 |
*)Perlu diperhatikan tidak tercantumnya data penyakit di suatu kabupaten/kota bukan berarti di wilayah tersebut tidak terdapat penyakit tersebut, namun memang belum terlaporkan.
Sumber: DISNAK JATIM