"Sebab, kalau sampai lupa, maka tidak baik bagi kondisi sapi itu sendiri. Pemberian makanan merupakan salah satu hal terpenting untuk menjaga kondisi sapi," ucap pria yang juga manajer PT. Agriwisata Jaya Kencana, Dodik Sulistyo Widodo. Ia pun sedikit bercerita tentang usaha peternakannya. Berdiri di atas lahan 2,7 hektare sejak tahun 2000, Dodik mengaku saat ini memiliki lebih dari 2.000 ekor sapi.
Istimewanya, tidak satu pun dari ribuan ekor sapi yang diternaknya itu berasal dari luar negeri atau impor. Ia menegaskan bahwa semua sapinya lokal, baik dari wilayah Malang maupun sekitarnya. "Semuanya sapi lokal, tidak ada yang impor satu pun. Dulu memang pernah impor, tapi setelah ada kebijakan Gubernur Jatim pada Juni 2010, kami mengikutinya dan syukurlah ternyata lebih menggairahkan," tutur dia.
Sebagai catatan, untuk stabilisasi harga sapi dan daging di Jatim, Pemprov tegas memberlakukan pelarangan impor sapi dan daging sesuai Surat Edaran Gubernur Jatim Nomor 524/8838/023/2010 tertanggal 30 Juni 2010 tentang Larangan Pemasukan dan Peredaran Sapi, Daging dan Jeroan Impor.
Di peternakannya, hasil penggemukan sapinya mampu meningkatkan berat badan ternak sapi secara optimal. Menurut dia, target penggemukan sapi hingga 1 kilogram per hari per ekor, atau mulai dari sapi bakalan sejak datang hingga dijual berkisar 120 hari masa fattening (masa penggemukan) akan mencapai maksimal 1 kilogram per hari per ekor. "Itu target, karena saat ini masih 0,7-0,8 kg kenaikannya per hari per ekor. Tapi itu bukan sebuah permasalahan karena tidak kalah dengan sapi impor," tukas Dodik.
Penggemukan sapi lokal, lanjut dia, berbeda dengan sapi impor. Namun secara umum kualitas daging yang dihasilkan tidak terlalu berbeda jauh dibandingkan sapi impor. Tidak adanya sapi impor yang diternakkan atau digemukkan, merupakan bentuk perlindungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur kepada peternak sapi lokal, yang mengalami kerugian bila sapi impor "membanjiri" Jawa Timur.
Keberadaan sapi impor yang hanya mampu didatangkan oleh para pengusaha besar, diyakini akan mendesak peternak lokal akibat harga daging sapi impor yang lebih murah di pasaran. Dodik menyatakan, larangan sapi impor masuk ke pasar Jawa Timur tidak berpengaruh terhadap ketersediaan daging sapi, karena jumlah sapi lokal masih sangat memenuhi kebutuhan peternak. Hal tersebut tidak lepas dari upaya peningkatan jumlah sapi lokal di Jatim melalui program Inseminasi Buatan (IB) maupun penggemukan sapi yang menjadi salah satu cara memperbanyak jumlah hewan ternak sapi yang dimiliki Jatim.
"Kami tidak masalah kalau tidak ada impor, dan tidak berpengaruh terhadap ketersediaan daging. Dengan larangan impor, peternak lokal dapat mengusahakan peningkatan jumlah ternaknya melalui IB, sehingga sapi yang dimiliki dapat dijadikan tumpuan perekonomian keluarganya. Kalau banyak sapi impor, justru sapi lokal milik peternak kecil akan kalah bersaing," katanya.
Ia menjelaskan, per ekor mengeluarkan Rp17-19 ribu per hari, namun hasilnya mampu menaikkan bobot sapi per kilogram per hari. Ini tidak beda jauh dengan sapi impor yang naiknya sekitar 1,3 kilogram per hari. Hal itulah yang membuat Dodik yakin usaha peternakan sapi lokal miliknya bakal semakin berkembang, apalagi ia mengaku tidak pernah ada pembeli atau pedagang di pasar di kawasan Malang dan sekitarnya yang mengeluhkan daging sapi lokal. "Syukurlah tidak ada yang mempermasalahkan. Pedagang di lapak-lapak mengaku senang dan tidak ada yang berbeda kok. Apalagi untuk membuat bakso, justru lebih bagus daging lokal karena mengandung lemak yang tidak terlalu banyak," papar dia.
"Sapi Berlian" Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Ir.Maskur MM. Ia menegaskan bahwa, swasembada daging di provinsi ini menjadi tumpuan nasional, sehingga harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan. "Jatim sudah swasembada, tapi tetap harus memberikan kontribusi nasional. Program IB ini merupakan salah satu upaya memperbanyak stok daging, karena proses perkawinan dan kelahiran ternak sapi dapat dipercepat dan diatur," tuturnya.
Pihaknya menambahkan, melalui IB, pertambahan jumlah kelahiran ternak dapat ditingkatkan, termasuk menciptakan bibit-bibit baru yang lebih unggul dibandingkan generasi sebelumnya. "Kalau dengan kawin alami, satu ekor sapi hanya bisa mengawini 1-2 betina, berbeda dengan IB yang bisa disesuaikan dengan permintaan. Sperma satu ekor sapi bisa untuk 10.000 sapi betina dalam sehari," katanya.
(wsh/WSH/bd-ant)
Sumber: DISNAK JATIM